Kualitas Jerami Sorgum Manis Varietas Numbu dengan Pemberian Pupuk Sumber Fosfat yang Berbeda
Abstract
Sorgum merupakan tanaman yang hampir semua bagian dapat dimanfaatkan, misalnya pada biji sorgum dapat dijadikan pakan unggas, sedangkan hasil samping seperti jerami dapat dijadikan sebagai pakan ternak ruminansia. Harga SP-36 yang mahal menyebabkan masalah dalam pemupukan tanaman utamnya sumber fosfat. Fosfat alam memiliki sifat larut asam sehingga perlu dilakuakan metode khusus untuk meningkatkan kelarutan dalam air. Pupuk kandang dapat dimanfaatkan sebagai pelarut batuan fosfat karena proses dekomposisi menghasilkan asam-asam organik. Arang tempurung kelapa digunakan sebagai pembenah tanah, karena sifatnya yang memperbaiki sifat fisik tanah.
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2013 di lahan tanaman koleksi Laboratorium Ilmu Tanaman dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang. Materi penelitian yang akan digunakan adalah biji sorgum manis varietas numbu dari SEAMEO BIOTROP Bogor, luas lahan yang digunakan 220 m2 terdiri dari 30 petak dengan ukuran petak 3 m x 2 m dengan jarak tanam 50 cm x 25 cm dan jarak antar petak 0,5 m, jumlah tanaman 42, pupuk kandang dan pupuk kandang ”plus” 20 ton/ha, dosis arang tempurung kelapa 8 ton/ha, batuan fosfat dosis 66 kg P/ha, dosis SP-36 66 kgP/ha, starter mikroba Stardec. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 ulangan sebagai kelompok. Perlakuan penelitian terdiri dari T0= Kontrol, T1= SP 36, T2= Batuan Fosfat, T3= Pupuk Kandang, T4= Pupuk Kandang “Plus”, T5= Arang, T6= Batuan Fosfat + Arang, T7= SP 36 + Arang, T8= Pupuk Kandang + Arang, T9= Pupuk Kandang “Plus” + Arang. Pupuk kandang dan pupuk kandang ”plus” 20 ton/ha, dosis arang tempurung kelapa 8 ton/ha, batuan fosfat dosis 66 kg P/ha, dosis SP-36 66 kgP/ha, pupuk dasar Amunium Sulfat 100 kgN/ha, dan KCl 70kgK/ha. Perlakuan SP36, BP, pukan, pukan”plus” dengan atau tanpa arang tidak mampu meningkatkan kadar BK, PK dan SK, tetapi mampu meningkatkan kadar fosfat jerami sorgum.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Amaducci, A., M. T. Amaducci, R. Benati, and G. Venturi. 2000. “Crop yield and quality parameters of four annual fibre crops (hemp, kenaf, maize and sorghum) in the North of Italy.” Elsevaier Industrial Crops and Products, 11 179—186.
Ari, N. N. M. 2007. “Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan Gulma dan Hasil Jagung Manis.” J. Agritrop, 26 (4): 153-159.
Harsanti, E. S., A. Nugraha, Ardiwinata, S. Wahyuni, Indratin, A. Hidayah, dan E. Sulaeman. 2012. “Pengembangan Teknologi Pelapisan Urea dengan Arang Aktif yang diperkaya Mikroba Pendegradasi POPs yang Mampu meningkatkan Efisiensi Pemupukan >50% dan Menurunkan Redisu Insektisida di Bawah Ambang Aman pada Pertanaman Sayuran.” Laporan Penelitian. Program Insentif Riset Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Hartatik, W. 2011. “Fosfat Alam Sumber Pupuk P yang Murah Fosfat.” Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 33 (1): 10-12.
Lempang, W. Syafii dan G. Pari. 2011. “Struktur dan Komponen Arang Aktif Tempurung Kemiri.” J. Penelitian Hasil Hutan, 29 (3): 278294. Pabbage, M. S. 2005. “Hubungan antara Faktor Fisik dan Kimia Biji Sorgum dengan Pertumbuhan Populasi Serangga Hama Gudang.” Prosiding Seminar Nasional Jagung, Makasar, 29-30 September 2005: 575-580.
Rostiwati. T., Y. Heryati, dan Gusmailina. 2008. “Upaya Peningkatan Kandungan Hara Media Melalui Campuran Top Soil dan Arang Aktif untuk Pertumbuhan Semai Eucalyptus urophylla.” Mitra Hutan Tanaman, 3 (1): 21-32.
Samanhudi. 2010. “Pengujian Cepat Ketahanan Tanaman Sorgum Manis Terhadap Cekaman Kekeringan.” J. Agrosains, 12 (1): 9-13.
Seseray, D. Y., B. Santoso, dan M. M. Lekitoo. 2013. “Produksi Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) yang Diberi Pupuk N, P dan K dengan Dosis 0, 50 dan 100% pada Devoliasi Hari ke-45.” Sains Peternakan Vol. 11 (1): 49-55.
Shanti. R. 2009. “Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Pengolahan Lahan terhadap Hasil Kacang Tanah (Arachishypogea L).” J. Agrifor, 3: 40-47.
Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis
PertumbuhanTanaman. Yogyakarta: Universitas Gajahmada press.
Soelaeman, Y. 2007. “Efisiensi Pupuk Kandang dalam Meningkatkan Ketersedian Fosfat, Pertumbuhan dan Hasil Padi dan Jagung pada Lahan Kering dan Masam.” J. Tanah. Trop., 13(1): 41-47.
Soeranto, H., Sihono, dan Parno. 1996. “Perbaikan Genetik Sorgum melalui Program Pemuliaan Tanaman.” Makalah dalam Fokus Grup Diskusi “Prospek Sorgum untuk Mendukung Ketahanan Pangan dan Energi”. Menristek Batan. Serpong, 5 Sept. Hlm: 15-31.
Sutriadi, M. T., R. Hidayat, S. Rochayato, dan D. Setyorini. 2005. “Ameliorasi Lahan dengan Fosfat Alam untuk
Perbaikan Kesuburan Tanah Kering Masam Typic Hapludox di
Kalimantan Selatan. Halaman 143155.” Prosiding Seminar Nasional Inovasi Sumber daya Tanah dan Iklim. Buku II. Bogor, 14-15 September 2004. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Tuherkih, E. dan A. Darian. 2009. “Pemupukan P-alam terhadap Tanaman Jagung pada Inceptisols.” Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Inovasi Sumber Daya Lahan. Bogor, 24-25 November 2009, 277-287.
Wayne. K., I. Coblentz, and Richard E. Muck. 2012. “Effects of Rain Damage on Wilting Forages.” Focus on Forage, Vol 15: No. 7.
Zecevic, V., D. Kneževic, and D. Micanovic. 2007. Seed Dry Matter Accumulation of Wheat In Different Matu.
DOI: https://doi.org/10.36626/jppp.v11i21.132
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian
UPPM Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan Yoma)
Jl.Magelang Kopeng Km7, kotak pos 152, Tegalrejo Magelang 56101
Telp. 0293-364188, Fax 0293-364188.