Sulitnya Beranjak dari Model Pertanian Konvensional ke Pertanian Ramah Lingkungan

Levina A G Pieter, Hermitianta P Putra, Marcellinus B Utomo

Abstract


Telah lama konsep pertanian ramah lingkungan atau yang sering disebut pertanian organik digagas sebagai jalan keluar dalam mencapai pertanian berkelanjutan. Makna berkelanjutan disini adalah bahwa praktik yang dilakukan saat ini mampu memberi manfaat ekonomi, ekologi, dan sosial tanpa mengurangi atau merusak kemampuan generasi mendatang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Melalui studi kasus di Kabupaten Gianyar, Bali, kami melaksanakan riset aksi partisipasi, yang mengajak para petani padi untuk mengubah arah dari sistem pertanian konvensional, ke pertanian ramah lingkungan yang mengandalkan bahan organik. Hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa tantangan perubahan budaya tanam meliputi ketiga dimensi, yakni ekonomi, sosial, dan ekologi yang saling berkelindan. Beralih ke pertanian ramah lingkungan berarti akan menurunkan hasil panen di masa transisi yang secara langsung akan berdampak bagi ekonomi petani. Selain itu pertanian ramah lingkungan cenderung menuntut aktivitas pertanian yang intensif dalam penyiapan dan aplikasi bahan-bahan organik sehingga menimbulkan biaya atas peluang yang hilang untuk menjalankan aktivitas ekonomi lainnya. Dari sisi sosial, memulai pertanian ramah lingkungan kadang akan menimbulkan dampak tekanan mental bagi si petani karena tanaman terlihat lebih tidak subur dibanding tanaman hasil pertanian konvensional. Dari sisi ekologi, kesehatan ekologis lahan sawah belum menjadi prioritas kebanyakan petani karena manfaat ekonomi langsung dari keanekaragaman ekologi belum dirasakan. Kemauan politis untuk mengubah tatanan pertanian mampu menjadi solusi agar pertanian organik menjadi lebih membumi, yang bisa dimulai di spot-spot kecil level dusun atau desa.

Kata kunci: kemauan politik, pertanian konvensional, pertanian ramah lingkungan, tantangan perubahan budaya


Full Text:

PDF

References


Administrator. (2023, May). Pendistribusian Pupuk Organik yang Disubsidi oleh Pemerintah Provinsi Bali. Pemerintah Desa Sambangan.

Aji, G. B., Wangsit, S., & Ningrum, V. (2019). Reorientasi kebijakan pertanian organik sesudah “Go Organik 2010” dan program “Seribu Desa Pertanian Organik” di Indonesia. Universitas Bakrie Press.

Andayani, N. K. S. (2022). Eksistensi Subak Di Tengah Gempuran Alih Fungsi Lahan. Pramana: Jurnal Hasil Penelitian, 1(2), 190–200.

Biswas, S., Ali, M. N., Goswami, R., & Chakraborty, S. (2014). Soil health sustainability and organic farming: A review. Journal of Food Agriculture and Environment, 12(3–4), 237–243.

Cornish, F., Breton, N., Moreno-Tabarez, U., Delgado, J., Rua, M., de-Graft Aikins, A., & Hodgetts, D. (2023). Participatory action research. Nature Reviews Methods Primers, 3(1), 34.

Dhiman, V. (2020). Organic farming for sustainable environment: Review of existed policies and suggestions for improvement. International Journal of Research and Review, 7(2), 22–31.

Diari, K. P. Y. (2021). Lontar Dharma Pamaculan Implementasi Eko-Religius Masyarakat Agraris Bali. Pramana: Jurnal Hasil Penelitian, 1(1), 57–66.

Dwipradnyana, I. M. (2017). Tantangan berat regenerasi petani Bali dalam mempertahankan Subak sebagai Warisan Budaya Dunia. Agrica: Journal of Sustainable Dryland Agriculture, 10(2), 75–82.

Edwards, N. (2012). Values and the institutionalization of Indonesia’s organic agriculture movement. In Social activism in Southeast Asia (pp. 72–88). Routledge.

Eviyati, R. (2016). Pertanian organik dalam berbagai perspektif. Agrijati Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian, 4(1).

Eyhorn, F., Muller, A., Reganold, J. P., Frison, E., Herren, H. R., Luttikholt, L., Mueller, A., Sanders, J., Scialabba, N. E.-H., & Seufert, V. (2019). Sustainability in global agriculture driven by organic farming. Nature Sustainability, 2(4), 253–255.

Gamage, A., Gangahagedara, R., Gamage, J., Jayasinghe, N., Kodikara, N., Suraweera, P., & Merah, O. (2023). Role of organic farming for achieving sustainability in agriculture. Farming System, 1(1), 100005.

Jahroh, S. (2010). Organic farming development in Indonesia: lessons learned from organic farming in West Java and North Sumatra. ISDA 2010, 11-p.

Joseagush. (2023). Peta Kabupaten Gianyar Bali (Karya sendiri, CC BY-SA 4.0). In Wikimedia.

Karyati, N. K., & Suryathi, N. W. (2019). Kekuatan Tri Hita Karana Dalam Menjaga Kelangsungan Pertanian (Studi Pada Gapoktan Mekar Sari Badung). Seminar Nasional Inovasi Dalam Penelitian Sains, Teknologi Dan Humaniora-InoBali, 1040–1048.

Mayrowani, H. (2012). Pengembangan pertanian organik di Indonesia.

Méndez, V. E., Caswell, M., Gliessman, S. R., & Cohen, R. (2017). Integrating agroecology and participatory action research (PAR): Lessons from Central America. Sustainability, 9(5), 705.

Muliantari, N. P. P. (2022, December). Gubernur Koster targetkan pertanian organik di seluruh Bali. Antaranews Bali.

Mulyati, M. (2019). Subak: Filosofi Keserasian dalam Masyarakat Agraris di Pulau Bali. Jantra, 14(1), 75–82.

Nindito, S., & Tamtomo, K. (2020). Revisiting Social Movement in Organic Agriculture Community in Yogyakarta, Indonesia. Annual International Conference on Social Sciences and Humanities (AICOSH 2020), 113–116.

Keputusan Gubernur Bali, Pub. L. No. 397/3-F/HK/2023, Keputusan Gubernur Bali (2023).

Pratiwi, F. (2023, February). Gianyar Jadi Contoh Ketahanan Pangan. Republika.

Rais, M. R., & Darwanto, D. (2016). Analisis pengalaman petani organik: Eksplorasi pengalaman petani organik dengan interpretative phenomenological analysis. Jurnal Penelitian Ekonomi Dan Bisnis, 1(2), 86–99.

Sartini, N. W. (2017). Makna simbolik bahasa ritual pertanian masyarakat Bali. Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies), 7(2), 99–120.

Schreer, V., & Padmanabhan, M. (2020). The many meanings of organic farming: Framing food security and food sovereignty in Indonesia. Organic Agriculture, 10(3), 327–338.

Sukanteri, N. P., Suparyana, P. K., Suryana, I. M., & Setiawan, I. M. D. (2019). Teknologi Pertanian Terintegrasi Berbasis Filosofi Tri Hita Karana Dalam Usahatani Menuju Pertanian Organik. Agrisocionomics: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 3(2), 98–106.

Utomo, M. M. B., Pieter, L. A. G., Putra, H. P., & Siagian, C. M. (2023). Manifesting a sustainable circular economy in waste management by linking to Paddy Farming in Gianyar Regency, Bali. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 1190(1), 012011.

Utomo, M. M. B., Siagian, C. M., & Pietera, L. A. G. (2023). Procedure Inside Actors for Taking Activities (PIATA): An enabling model to support socio-environmental policy planning process. Kasetsart Journal of Social Sciences, 44(1), 9–16.

Widiarta. (2011). Analisis Keberlanjutan Praktik Pertanian Organik di Kalangan Petani. Jurnal Sosiologi Pedesaan, 5(1), 71–89.

Windia, W., Pusposutardjo, S., Sutawan, N., Sudira, P., & Arif, S. S. (2005). Sistem irigasi Subak dengan landasan Tri Hita Karana (THK) sebagai teknologi sepadan dalam pertanian beririgasi. SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 5(3), 43939.

Zulkarnain, Z. (2005). Pertanian Organik: Sistem Pertanian Berbasis Produktifitas dan Lingkungan Hidup.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.